PENELITIAN DAN JURNAL ILMIAH
TENTANG PROPOLIS
TENTANG PROPOLIS
Dalam
sebuah tes ilmiah dengan cell-culture test terbukti Propolis
paling efektif melawan bakteri patogen jenis gram poistif seperti Staphylococcus
sp. (antara lain penyebab infeksi saluran kencing) , Clostridium sp.(antara
lain penyebab gangguan perut/gastrointestinal), Corynebacterium diphtheriae
(penyebab diphtheriae) dan jenis-jenis Streptococcus sp. (antara lain penyebab
infeksi tenggorokan, infeksi sinus dan scarlet fever). Bakteri gram negatif
yang juga efektif dilawan dengan Propolis antara lain Klebsiella pneumonia
(penyebab pneumonia dan bronchitis) dan Pseudomonas sp. (antara lain penyebab
infeksi pada luka).
Bukti ilmiah lain adalah seperti yang dipublikasikan di Archives of Pediatric and Adolescent Medicine dimana 430 anak secara random diterapi dengan Propolis selama musim dingin dan dibandingkan dengan anak lain yang diberi obat buatan pabrik. Musim dingin dipilih karena pada musim ini pada umumnya anak-anak mudah terkena infeksi saluran pernafasan. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi Propolis terkena infeksi saluran pernafasan 55 % lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang mendapatkan obat dari pabrik.
Penelitian-penelitian lain yang dilakukan di Belanda, Rumania dan Polandia menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian tersebut diatas. Penggunaan Propolis untuk pencuci mulut (mouth rinses) ternyata juga sangat efektif untuk menghentikan pertumbuhan bakteri-bakteri yang secara umum berada di mulut. Bakteri-bakteri ini pada umumnya menyebabkan kerusakan gigi, penyakit gusi, cavities dan plaque pada gigi. Penelitian ilmiah yang menunjang hal ini telah dilakukan antara lain di Brasil dan di Jepang.
Penelitian yang di Jepang bahkan menunjukkan bukti lain bahwa pasien bedah mulut yang kemudian menggunakan Propolis sebagai pencuci mulut mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat, lebih bersih dan rasa sakit/inflamasi yang sangat berkurang dibandingkan pasien lain yang menggunakan pencuci mulut buatan pabrik. Propolis yang dicampur dengan Madu terbukti menyembuhkan luka lebih cepat dari Silver Sulfadiazine (SS) . Di Brasil bahkan Propolis telah digunakan untuk pengobatan AIDS karena terbukti menghambat replikasi virus HIV. Penelitian di State Medical University of Ukraina juga membuktikan seluruh pasien yang terkena Herpes Simplex Infection berhasil disembuhkan dengan Propolis.
Bukti ilmiah lain adalah seperti yang dipublikasikan di Archives of Pediatric and Adolescent Medicine dimana 430 anak secara random diterapi dengan Propolis selama musim dingin dan dibandingkan dengan anak lain yang diberi obat buatan pabrik. Musim dingin dipilih karena pada musim ini pada umumnya anak-anak mudah terkena infeksi saluran pernafasan. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi Propolis terkena infeksi saluran pernafasan 55 % lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang mendapatkan obat dari pabrik.
Penelitian-penelitian lain yang dilakukan di Belanda, Rumania dan Polandia menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian tersebut diatas. Penggunaan Propolis untuk pencuci mulut (mouth rinses) ternyata juga sangat efektif untuk menghentikan pertumbuhan bakteri-bakteri yang secara umum berada di mulut. Bakteri-bakteri ini pada umumnya menyebabkan kerusakan gigi, penyakit gusi, cavities dan plaque pada gigi. Penelitian ilmiah yang menunjang hal ini telah dilakukan antara lain di Brasil dan di Jepang.
Penelitian yang di Jepang bahkan menunjukkan bukti lain bahwa pasien bedah mulut yang kemudian menggunakan Propolis sebagai pencuci mulut mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat, lebih bersih dan rasa sakit/inflamasi yang sangat berkurang dibandingkan pasien lain yang menggunakan pencuci mulut buatan pabrik. Propolis yang dicampur dengan Madu terbukti menyembuhkan luka lebih cepat dari Silver Sulfadiazine (SS) . Di Brasil bahkan Propolis telah digunakan untuk pengobatan AIDS karena terbukti menghambat replikasi virus HIV. Penelitian di State Medical University of Ukraina juga membuktikan seluruh pasien yang terkena Herpes Simplex Infection berhasil disembuhkan dengan Propolis.
Penelitian-penelitian lain di berbagai negara tidak henti-hentinya menemukan
bukti baru atas efektifitas Propolis sebagai obat untuk berbagai penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan masuknya bahan kimia berbahaya
kedalam tubuh (keracunan). Ada lima alasan mengapa Propolis dapat menjadi obat
:
• Lebih dari 180 phytochemicals ada di dalam Propolis antara lain
flavonids, berbagai turunan asam orbanic, phytosterols, terpenoids dlsb.
Zat-zat ini terbukti memiliki berbagai sifat anti-inflamatory, antimicrobial,
antihistimanine, antimutagenic dan anti allergenic.
• Flavonids yang ada dalam Propolis selain bersifat antioxidant yang
mencegah infeksi, juga menumbuhkan jaringan. Kandungan pimia Propolis yang
meningkatkan tumbuhnya jaringan tersebut antara lain adalah sebagai akibat dari
sifat tissue strengthening dan regenerative effect dari quercetin, kaemferol,
epigenin dan luteolin.
• Aktifitas antibiotic dari phytochemicals yang ada di dalam Propolis
antara lain disebabkan oleh berbagai turunan asam organic seperti cinnamic,
ferrulic, benzoic, caffeic, coumaric, terpenes dan turunan-tuirunn berikutnya
seperti limonene, p-cymene, eugenol, galangin dan quercetin.
• Sifat antifungal yang ada di
Propolis yang
dihasilkan oleh phytochemicals seperti flavonoids pinocembrin, quercetin,
sakauranetin dlsb.
• Sifat antivius Propolis yang berasal dari
turunan-turunan asam organik seperti
Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE).
BUKTI KHASIAT
PROPOLIS DARI LABORATORIUM
Siapa tak merinding mendengar kata AIDS – menurunnya sistem
kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus HIV yang memicu
munculnya beragam penyakit? Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 2-juta penduduk dunia
meninggal akibat AIDS sepanjang 2008. Jumlah itu mungkin turun jika para
pengidap AIDS mengenal propolis.
Propolis dosis 66,6 ?g/ml dalam kultur sel CD4+ – sel T dalam sistem kekebalan yang
memiliki reseptor CD4 mampu menghambat ekspresi virus HIV maksimal 85%.
Lazimnya pada penderita HIV/AIDS, virus mematikan itu menginfeksi sel
bereseptor CD4 dan merusaknya. Makanya, jumlah sel ber-CD4 pada penderita HIV/AIDS
turun jauh di bawah angka normal. Pada orang sehat, jumlahnya sekitar 500 –
1.500/mm3 darah.
PENYAKIT BERAT
Berdasarkan riset di luar maupun dalam negeri, propolis memang terbukti ampuh melawan beberapa
penyakit berat. Dr dr Eko Budi Koendhori Mkes, dari Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), misalnya, membuktikan lem
lebah itu membantu menekan kerusakan jaringan paru pada mencit yang diinfeksi Mycobacterium
tuberculosis –
bakteri penyebab penyakit tuberculosis (TBC).
Dari 100 mencit yang diinfeksi M. tuberculosis, tikus
yang diberi kombinasi Isoniasid – obat antituberculosis – 25 mg/kg bobot badan
dan propolis menunjukkan peningkatan kadar interferon γ . Interferon γ berperan
mengaktifkan sel makrofag yang membunuh bakteri TBC. Mencit yang hanya diberi
Isoniasid mengalami peningkatan kerusakan paru dari minggu ke-5 hingga ke-12.
Sementara kondisi paru mencit yang diberi Isoniasid dan propolis dosis 800 mg
pada minggu ke-12 sama seperti pada minggu ke-5.
Propolis berperan meningkatkan kekebalan penderita sehingga
kerusakan jaringan dapat ditekan. Obat standar bekerja secara langsung
menyerang bakteri TBC. Nah, kombinasi obat dan propolis mematikan bakteri TBC
sekaligus mengurangi kerusakan paru-paru akibat serangan bakteri. Propolis sangat
bagus untuk meningkatkan sistem imun. Selain itu saya duga memiliki kemampuan
antikanker,’ tutur Eko.
KANKER
Dugaan Eko tidak meleset. Berdasar riset yang dilakukan di
laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang
diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Siha (sel kanker
uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50 berkisar
20 – 41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20 – 41 µg/ml dapat menghambat aktivitas
50% sel kanker dalam kultur.
Itu sejalan dengan penelitian dr Woro Pratiwi MKes SpPD, dari
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang diberikan
selama 1 bulan memiliki efek anti kanker dalam
organisme hidup. Itu ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan
tumor dan menurunnya aktivitas proliferasi – penggandaan – sel tumor kelenjar
payudara pada mencit. Namun, efeknya masih lebih rendah dibanding pada mencit
yang diberi obat kanker standar, doksorubisin. ‘Sehingga,
perlu dikaji penggunaan propolis dengan obat antikanker terstandar untuk
memberikan efek terapi optimal dan efek samping minimal,’ ujar Woro.
Polifenol dan flavonoid, sebagian senyawa yang terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan
menghambat proliferasi sel kanker.
Menurut Dr Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya mempunyai
struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk
proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel pun
terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri.
‘Senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang ada dalam propolis
juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia,’ kata Prof Dr Mustofa
MKes Apt dari Bagian Farmakologi & Toksikologi FK UGM. Penelitian tim FK
UGM menunjukkan sediaan propolis yang diuji mampu mencegah penurunan trombosit
pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei – salah satu parasit penyebab malaria pada
mamalia selain manusia. Dosis optimal 5 ml/kg bobot badan juga mampu
meningkatkan jumlah eritrosit hingga 37% setelah 8 hari pemberian.
AMAN
Khasiat lain propolis yang sudah dibuktikan lewat riset
yaitu efek antimikrobanya. Uji yang dilakukan Eko pada 2007 menunjukkan
propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan
saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan.
Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri.
Penelitian serupa oleh Dr Jessie Pamudji di Sekolah Farmasi,
Institut Teknologi Bandung membuktikan efek antibakteri propolis terhadap S.
aureus dan Propionibacterium
acnes – biang jerawat. ‘Itu karena propolis mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavon
pinocembrin, flavonol galangin, dan asam kafeat,’ ujar Jessie.
Yang terpenting, riset membuktikan propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka
panjang. Menurut Dra Mulyati Sarto, MSi dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah. ‘Mencit yang diberi
propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ
tubuhnya tetap bagus, tidak bermasalah,’ ujarnya.
Dosis normal yang dimaksud setara 1 sendok makan propolis dilarutkan
dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebabkan kematian
separuh jumlah hewan uji pada dosis di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika
dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis itu setara konsumsi 0,6 kg
propolis setiap hari. Artinya, keampuhan dan keamanan propolis telah terbukti.
(Tri Susanti/Peliput:
Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa & Rosy Nur Apriyanti)
Sumber: http://www.trubus-online.co.id/